-->
https://www.batmanteacher.com/

Followers

Sedekah Versi Lain

 

Kadang orang lebih suka mempersulit orang lain dengan dalih sudah membayar. Itulah yang mungkin dilakukan orang, baik tanpa disengaja atau memang dengan niatan. Seperti yang akan saya ceritakan kali ini.

Malam itu saya memesan travel yang memang selalu dipakai untuk keluar kota. Kali ini saya berangkatnya malam, sekitar pukul 03.00 dini hari sudah menunggu di perbatasan Pamekasan Sumenep. Tempat yang biasanya selalu saya gunakan setiap kali menunggu jemputan travel atau bahkan rombongan kuliah.

Sebenarnya rumah cukup jauh dari perbatasan, sekitar 1,5 kilometer ke arah kanan sebelum perbatasan jika dari arah Sumenep, atau simpang tiga pertama setelah gerbang selamat datang Sumenep jika dari arah sebaliknya. Letaknya juga masih bisa dilewati mobil, bahkan minibus pernah parkir di halaman rumahku walau memang perlu driver andal untuk jenis kendaraan ini.

Walaupun tidak dekat dengan perbatasan, saya tidak pernah meminta sopir travel untuk menjemput di titik lokasi rumah saya. Biasanya saya yang mengalah menuju gerbang perbatasan untuk memudahkan sopir menemukan posisi saya dan pastinya ini melancarkan sopir untuk urusan penjemputan.



Jika menjemput saya ke rumah butuh waktu sekitar 15-20 menit, maka dengan menunggu di perbatasan, tidak akan memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikannya. Pastinya saya yang sudah menunggu di sana, tidak pernah sekalipun saya membiarkan sopir yang duluan tiba untuk menunggu.

 Jika bersedekah uang masih butuh modal, setidaknya saya sudah sedekah waktu buat abang sopir. Ya walau hal beginian tak ada yang menganggap sedekah sih, seperti halnya like komen dan share. Tapi bukankah kalkulator Tuhan tidak akan lupa dengan hal sedetail ini? Tak ada kebaikan sebiji dzarrah pun yang akan luput dari catatan, begitu juga sebaliknya. Makanya walau hanya sedekah jempol, yuk dilakukan. Ini membuat orang lain senang dan kita hanya bermodal sekali klik saja seperti yang selalu diajarkan anakku Bilqies yang memberi jempol semua video yang ditontonnya.

Sejatinya memudahkan orang lain berarti sebenarnya memberi jalan mulus untuk diri sendiri. Walaupun sopir biasa saja menanggapinya. Tapi tidak dapat dipungkiri raut wajah lelah sopir saat berulang kali bolak-balik jalan hanya untuk menjemput salah satu penumpang seperti yang saya alami setelah saya naik travel ini. Di kota pamekasan, setelah melewati lokasi Accem Manis, sopir terlihat gusar karena sudah berulang kali melewati gang yang salah bahkan bolak balik melewati gerbang yang sama.

“Mbak, ini saya sudah di pertigaan gerbang ke kiri yang sebelum hotel. Ini kemana?” Pak sopir melakukan panggilan memastikan keberadaan calon penumpang. Saya melihatnya dari kursi paling belakang, si bapak mengangguk-angguk lalu memutar stir belok kiri masuk gerbang.

Beberapa saat mobil melaju, lalu berhenti. Pak sopir melihat-lihat sekitar, tidak terlihat wajah calon penumpang di sana. Si Bapak kembali melakukan panggilan telepon.

“Mbak dimana, saya sudah di depan toko **** ini.”

Entah apa yang dijawab mbaknya.

“Berarti ini sudah lewat ya, oke oke saya putar balik dulu di depan.”

Pak sopir mulai melajukan kembali mobil ke arah depan menuju toko yang halamannya cukup luas, dia memutar balik menuju gerbang masuk.

Kembali si bapak menelpon.

“Mbak, saya sudah di depan les privat ****. Ini dimana mbak?”

Hening

“Mbak, mbak di mana ini?’

“Loh .. tadi katanya udah lewat, kok bukan?”

“Iya, ini sudah balik mbak..”

“Sudah di depan gedung kayak sekolahan gitu.”

“Berarti ini balik lagi ke yang tadi?”

“Oh iya iya.. saya putar lagi.”

Si bapak dengan sabar memutar kembali mobil dengan sabar. Tak ada Bahasa menggerutu yang keluar dari mulutnya, entah dalam hatinya. Padalah saya yang mendengarnya saja sudah jengkel dengan si mbak. Apalagi ini masuk gang yang mutarnya gak semudah hompimpa alaeyong gambreng!

“Ini saya sudah di toko yang tadi, berarti ini ke selatan ya.”

“Iya ini sudah ke selatan, mbak di mana?”

“Owalah..”

Terlihat seorang perempuan bersama seorang lelaki -mungkin suaminya- di depan sebuah rumah yang jaraknya hanya 2 rumah dari toko tadi, toko yang di awal sudah kami singgahi yang katanya sudah lewat hingga harus putar balik.

Sopir dengan sabar turun mobil lalu membukakan pintu depan. Suaminya bersiap menutup gerbang, dari dalam mobil terlihat ada motor yang parkir di halaman rumahnya. Dalam hati saya menggerutu sendiri, andai saja dia mengalah untuk di antar ke jalan raya yang di gerbang, sehingga sopir tidak perlu muter-muter salah alamat.

Apa susahnya sih mengalah sedikit saja ke jalan raya agar si sopir tidak kebingungan. Hmm… mungkin dalam benaknya, aku kan udah bayar jadi dia harus jemput aku ke rumah. Inilah yang sering terjadi, mentang-mentang sudah bayar malah merasa semua harus dilayani dengan baik seperti yang dia mau. Padahal jika dia membantu sedikit, Tuhan akan membalasnya banyak walau tidak mesti saat itu juga.

Tentu saja, sebagai pelanggan yang telah membayar, kita berhak mendapatkan pelayanan yang baik. Namun, itu tidak berarti kita dapat memperlakukan orang lain dengan seenaknya. Saling pengertian dan saling membantu adalah kunci dalam menciptakan hubungan yang harmonis dengan sesama manusia.

Dalam perjalanan selanjutnya, saya masih memikirkan kejadian tadi. Saya memosisikan diri bagaimana seandainya berada di posisi sopir. Begitu pun jika berhubungan dengan orang lain, seringkali saya berusaha untuk lebih peka terhadap mereka. Saya selalu memberikan petunjuk yang jelas mengenai lokasi penjemputan, memastikan agar dia tidak kesulitan mencari tempat saya berada. Meskipun itu mungkin memerlukan sedikit usaha yang melelahkan saya dan keluarga, tetapi setiap langkah kecil itu dapat sangat berharga bagi sopir.

Saya diantar paling akhir, terlihat senyuman dan raut wajah lega pak Sopir telah selesai menuntaskan tugasnya hari ini. Dia tentu akan melihat senyum bahagia keluarganya saat tiba di rumah. Jika saja semua penumpang mempersulit pak sopir dengan petunjuknya, tentu dia akan lebih lama untuk dapat sampai di rumah. Bayangkan jika itu Anda yang sedang dinantikan kedatangannya.

Jika kamu salah satu pengguna travel, kamu bisa juga berbuat satu hal kecil dengan berada di lokasi yang mudah dijangkau sopir. Mengalahlah sedikit jika harus ke jalan lain. Tapi ya itu tergantung prinsip setiap orang sih. Kadang ada juga yang memakai motto, Jika bisa mempersulit, untuk apa mempermudah?

 

Related Posts
Widayanti Rose
Teacher, Writer, bussiness women, and Trainer

Related Posts

Post a Comment