Di sebuah kota kecil, tinggal seorang anak laki-laki yang memiliki karakter aneh. Anak ini senang melihat hewan tersiksa. Namanya adalah Joan. Sejak kecil, Joan sudah menunjukkan kecenderungannya untuk menyakiti binatang, serangga, dan segala jenis makhluk hidup yang ia temui. Dia sering menendang kucing jalanan, memukul anak anjing yang lewat, atau memasukkan serangga ke dalam botol dan menguncinya. Ia merasa senang melihat hewan-hewan tersebut menjerit kesakitan atau bahkan sekarat menunggu mati.
Ketika Joan mulai masuk sekolah, ia sering dikeluarkan dari kelas karena perilakunya yang kasar dan sering memukul teman-temannya. Guru-guru dan orang tua Joan sudah mencoba berbagai cara untuk membantu mengubah perilakunya, namun tidak berhasil.
Suatu hari, sepulang sekolah Joan menemukan seekor kucing kecil yang terjebak dalam jebakan tikus di ruang satpam sekolahnya. Jebakan itu memang dibawa Joan dan ditinggal di sana. Dia merasa senang karena bisa menyakiti kucing itu. Dia memukul kucing itu dan menendangnya berkali-kali. Namun, tanpa disadari oleh Joan, ada seseorang yang melihat semua perbuatannya.
Orang yang melihat tindakan Joan itu adalah seorang pria tua yang tinggal di dekat tempat itu. Pria tua itu sangat menyayangi binatang dan merasa sangat sedih melihat Joan menyiksa kucing itu. Dia mengajak Joan ke rumahnya dan membicarakan tentang perlakuan Joan pada binatang. Pria tua itu berbicara dengan lembut dan ramah pada Joan,
"Ayolah mampir ke rumahku, Nak," kata pria tua itu sambil menenangkan Joan. "Kita akan membicarakan tentang perlakuanmu pada binatang."
“Rumah kakek di mana?”
“Itu depan sekolah ini.” Jawabnya dengan menunjuk rumah di depan sekolah Joan.
Joan mengikuti pria tua itu ke rumahnya. Di teras rumah kakek, Joan melihat banyak kucing yang sedang makan dengan lahapnya.
"Kamu tahu, binatang juga merasakan sakit dan takut seperti kita," kata pria tua itu dengan lembut. "Kita harus memperlakukan mereka dengan baik dan menghargai keberadaan mereka di dunia ini. Kita harus menyayangi binatang."
Joan merenungkan kata-kata pria tua itu namun dia belum menemukan kesalahan pada dirinya. "Kenapa harus menyayangi binatang?" tanya Joan dengan nada agak kurang percaya.
"Karena binatang juga makhluk hidup yang memiliki hak untuk hidup dan tidak merasakan sakit dan penderitaan," jawab pria tua dengan sabar.
"Tapi binatang kan tidak bisa berbicara atau berpikir seperti manusia, Pak," sahut Joan dengan suara agak keras.
"Itu memang benar, tetapi mereka merasakan sakit dan takut seperti kita," jawab pria tua itu. "Kita harus memperlakukan mereka dengan baik dan hormatilah mereka, karena mereka juga memiliki peran penting di alam ini."
Joan berpikir sejenak. Dia merasa ragu-ragu dan tidak yakin apakah harus percaya pada kata-kata pria tua itu.
"Tapi saya tidak suka binatang, Pak," ujar Joan dengan suara merengek.
"Kalau begitu, mari kita belajar untuk mencintai dan merawat binatang," kata pria tua itu. "Mungkin kamu belum pernah merasakan kesenangan dari merawat binatang yang sehat dan bahagia."
Joan merasa tertarik dengan apa yang dikatakan pria tua itu dan mulai berpikir untuk memberikan kesempatan pada dirinya sendiri untuk mencoba merawat binatang. Dia mengangguk setuju dan merasa siap untuk mencoba hal yang baru.
Pria tua itu tersenyum dan memberikan pelajaran pada Joan tentang cara merawat binatang dengan baik. Dia juga menunjukkan contoh-contoh kasus di mana manusia memperlakukan binatang dengan buruk dan akhirnya merusak ekosistem. Pria tua itu kemudian memberikan contoh bagaimana merawat seekor kucing yang sehat dan bahagia.
Setelah beberapa saat berbicara, pria tua itu membawa Joan ke belakang rumahnya dan memperlihatkan sebuah kandang kucing. Di dalam kandang itu, terdapat seekor ibu kucing yang sedang menjilat kaki anaknya yang terluka.
Pria tua itu memberikan contoh kepada Joan dengan mengatakan, "Lihat, ibu kucing ini sedang merawat anaknya yang terluka akibat ulahmu kemarin. Apa yang kamu rasakan jika kamu melihat orang yang kamu sayangi terluka karena perlakuanmu?"
Joan merasa sedih dan bersalah ketika melihat ibu kucing itu. Dia mengangguk dan berkata, "Saya sangat menyesal dan bersedia bertanggung jawab atas perbuatan buruk saya."
Joan merasa lega dan bersyukur karena telah diberikan kesempatan untuk memperbaiki perilakunya. Dia meminta maaf kepada ibu kucing dan anaknya dan berjanji untuk tidak pernah lagi menyakiti binatang. Setelah itu, Joan menjadi lebih baik dan mulai berperan aktif dalam kampanye perlindungan binatang di kota kecil mereka.
Joan kini berubah, dia mulai menjadi idola di kalangan anak-anak sebayanya dan menjadi panutan bagi banyak orang. Dia memperlihatkan kepada orang lain bahwa setiap makhluk hidup layak dihormati dan dilindungi. Dia juga terus belajar tentang cara merawat binatang dan berupaya untuk membantu menyelamatkan habitat binatang yang terancam di daerah mereka.
Akhirnya, Joan menjadi orang yang lebih baik dan bahagia. Dia merasa puas karena bisa berbuat baik dan menjadi teladan bagi orang lain. Dan ibu kucing serta anaknya yang sembuh dari luka-lukanya menjadi simbol kebaikan dan kepedulian yang selalu teringat dalam hati Joan.
Joan belajar dari pengalaman tersebut dan berubah menjadi anak yang lebih baik. Dia mulai menghargai makhluk hidup dan tidak pernah lagi menyakiti binatang. Dia menjadi lebih ramah dan sopan pada teman-temannya di sekolah dan menjadi anak yang dicintai oleh banyak orang. Joan bahkan menjadi seorang aktivis lingkungan dan membantu menyelamatkan habitat binatang yang terancam. Joan akhirnya menemukan kebahagiaan dan kepuasan dalam kebaikan yang dia lakukan.
Beberapa waktu setelah Joan berubah menjadi anak yang lebih baik, sebuah tragedi baru terjadi. Ketika pulang dari sekolah, tiba-tiba ada seekor anjing yang menyerang Joan. Rupanya ia anjing liar yang dulu pernah disakiti olehnya.
Joan merasa takut dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia ingat pernah menyakiti anjing itu dan merasa bersalah. Namun, anjing itu terus menyerang dan Joan merasa terancam.
Tiba-tiba, pria tua yang telah membantu Joan sebelumnya muncul dan mengusir anjing itu. Pria tua itu memeluk Joan dan menghiburnya.
"Sudahlah, jangan takut. Saya ada di sini," kata pria tua itu.
Joan merasa lega dan mengucapkan terima kasih pada pria tua itu. Namun, Joan merasa sedih karena menyadari bahwa perlakuan buruknya pada binatang dulu telah menyebabkan anjing itu menjadi marah dan menyerangnya.
Pria tua itu kemudian berbicara dengan Joan dan mengatakan, "Joan, kamu harus belajar dari kesalahanmu. Perlakukan binatang dengan baik dan hormatilah mereka, karena mereka juga merasakan sakit dan takut seperti kita."
Joan berjanji untuk tidak pernah lagi menyakiti binatang dan berusaha untuk membantu menyelamatkan hewan yang terlantar.
Joan dan pria tua itu kemudian memberikan makanan dan perawatan kepada anjing liar yang diserangnya. Mereka memastikan bahwa anjing itu dalam kondisi yang baik sebelum akhirnya membiarkannya pergi ke habitatnya di alam liar.
Setelah insiden itu, Joan menjadi lebih peduli terhadap binatang dan terus belajar tentang cara merawat dan menghargai mereka. Dia merasa bahagia dan tenang karena telah memperbaiki perilakunya dan menjadi anak yang lebih baik.