Di sebuah kota kecil yang indah, terdapat seorang penjual yang sangat tamak. Ia menjual barang-barang dengan harga yang sangat tinggi dan tidak pernah memberikan diskon atau promosi apapun kepada pelanggannya. Penjual tersebut selalu ingin mendapatkan keuntungan besar dengan cara apapun, tanpa memperhatikan kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Setiap hari, penjual tersebut duduk di depan toko sambil menatap tajam pada setiap orang yang lewat, berharap mereka akan membeli barang-barangnya. Dia akan menawarkan barang dengan harga yang sangat tinggi dan ketika pelanggan menawar, dia akan menjawab dengan nada tegas, "Harga sudah pas, tidak bisa lebih murah lagi!"
Waktu terus berlalu, dan kebiasaan penjual tersebut semakin menakutkan bagi penduduk kota. Pelanggan mulai berkurang, dan toko tersebut sepi dari pengunjung. Namun, penjual tersebut tidak peduli dan terus saja menjual barang dengan harga yang sangat mahal.
Suatu hari, seorang anak kecil datang ke toko penjual itu dan bertanya, "Bu, berapa harganya untuk sandal ini?"
Penjual itu menjawab dengan tegas, "Harga sandal itu 100 ribu rupiah, tidak ada diskon."
Anak itu merasa sangat kecewa karena harga sandal itu terlalu mahal untuknya. Namun, dia tidak menyerah begitu saja. Dia memulai percakapan dengan penjual itu.
"Bu, apakah Anda tidak bisa memberikan diskon sedikit untukku? Saya hanya memiliki 50 ribu rupiah."
"Tidak, saya tidak bisa memberikan diskon apapun. Harga tetap 100 ribu rupiah."
"Baiklah, kalau begitu saya akan mencari toko lain yang lebih murah."
"Kamu tidak akan menemukan toko yang lebih murah dari toko saya. Harga saya adalah yang terbaik di kota ini!"
"Tapi saya tidak punya cukup uang untuk membelinya."
"Itu sih deritamu."
Anak itu pergi dengan kecewa dan sedih.
Seiring berjalannya waktu, satu persatu pelanggan toko mulai menjauh. Mereka tidak lagi datang membeli apapun di toko penjual tamak itu. Penjual itu merasakan kerugian karena tidak ada pelanggan yang membeli barang-barangnya.
Dia sedih sambil merenung dan menyadari bahwa sikap tamaknya telah membuatnya kehilangan banyak pelanggan.
‘Kenapa toko ini semakin sepi ya? Aku merasa sangat sedih melihat toko ini kosong terus,’ ucapnya dalam hati.
Suatu ketika, salah satu temannya datang melintas, “Bagaimana kabarmu?”
Penjual itu tersenyum pahit, “Kabar baik-baik saja, Bu. Tapi toko ini semakin sepi dan aku merasa sangat sedih.”
Pelanggan terlihat terkajut, “Benarkah? Aku jadi teringat waktu dulu kamu pernah bersikap kasar pada saya dan beberapa pelanggan lainnya. Mungkin itu yang membuat banyak pelanggan enggan datang ke sini lagi.”
“Ya, saya tahu.”
“Itulah mengapa perlu kita bersikap ramah pada pembeli, karena kita masih butuh dia suatu saat datang lagi.”
Penjual terdiam mendengar nasihat temannya.
“Cobalah mulai memperhatikan kebutuhan pelanggan dan memberikan senyuman yang ramah. Berilah harga yang lebih wajar agar para pelanggan merasa lebih nyaman berbelanja di sini.” ucap temannya lagi.
“Akan saya coba berubah.”
“Bagus sekali! Saya yakin pelanggan akan kembali lagi jika kamu terus berusaha seperti ini.”
“Terima kasih, Bu. Saya akan terus berusaha untuk menjadi penjual yang baik dan memperbaiki kesalahan saya. Semoga mereka mau kembali lagi dan toko ini bisa menjadi sukses lagi.”
Temannya mengangguk, “Semoga saja. Aku akan datang lagi nanti untuk berbelanja di sini.”
“Sampai jumpa, Bu! Terima kasih atas dukungannya!” Jawab penjual dengan tersenyum.
Sepulang temannya, penjual memutuskan untuk berubah. Dia berrjanji akan meminta maaf kepada para pelanggan yang pernah diperlakukan kasar, dan mulai memperhatikan kebutuhan mereka. Penjual tersebut mulai memberikan diskon dan promosi kepada pelanggannya dan menjual barang dengan harga yang lebih wajar.
Lambat laun, para pelanggan yang dulu menjauh kini kembali datang. Toko penjual tersebut menjadi ramai kembali dengan pelanggan yang senang berbelanja di sana. Penjual tersebut merasa bahagia dan senang bisa membantu para pelanggan. Dia merasa lega karena sudah mengubah sikapnya yang tamak.
Dari cerita ini kita belajar bahwa tamak tidak akan memberikan kebahagiaan dan kepuasan jangka panjang. Sikap yang egois dan hanya memikirkan diri sendiri akan membuat orang kehilangan banyak hal dalam hidupnya. Namun, dengan memiliki sikap yang baik dan peduli terhadap kebutuhan orang lain, kita dapat menciptakan hubungan yang baik dan membangun kepercayaan.
Selain itu, kisah ini juga mengajarkan kita untuk tidak mudah menyerah dan tetap berjuang untuk mencapai tujuan. Anak kecil dalam cerita tersebut memilih untuk tidak menyerah dan mencari toko lain yang lebih murah. Dia memanfaatkan kecerdasannya untuk menemukan solusi dalam situasi yang sulit.
Dalam kehidupan, kita seringkali dihadapkan pada situasi yang sulit dan pilihan yang sulit. Namun, dengan sikap positif dan kemauan untuk belajar, kita bisa menemukan solusi yang tepat dan mencapai tujuan kita.
Akhir dari kisah ini adalah penjual tersebut akhirnya menyadari kesalahannya dan memutuskan untuk berubah. Dia belajar dari kesalahannya dan berusaha untuk menjadi lebih baik. Dan dengan sikap yang lebih baik, dia akhirnya berhasil mendapatkan kembali kepercayaan dan kebahagiaan yang hilang.
Dalam kehidupan, sikap yang baik dan kemauan untuk berubah adalah kunci untuk mencapai kebahagiaan jangka panjang. Dengan bersikap baik dan peduli terhadap orang lain, kita bisa menciptakan hubungan yang baik dan membangun kepercayaan. Dan dengan kemauan untuk belajar dan berubah, kita bisa mencapai tujuan dan kebahagiaan yang kita inginkan